Kamis, 27 September 2012



Selama bertahun-tahun sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) menjadi misteri dalam dunia elektronika otomotif, jika pun ada yang mampu membuatnya, itu hanya replika atau rangkaian yang mendekati. CDI selain misteri dalam rangkaian juga misteri dalam komponen, karena untuk beberapa jenis komponen yang ada dalam built-in CDI pabrikan tidak tersedia dipasaran. Mungkinkah nomor seri komponen diubah oleh pabrikan atau memang pabrikan memiliki blue-print sendiri mengenai komponen dengan nomor seri tertentu? Entahlah, yang jelas sampai hari ini pun masih banyak perusahaan otomotif yang menyembunyikan cetak biru dari komponen CDI. Terlepas dari kontroversi tentang CDI pabrikan, pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi tips dan trik cara membuat sendiri CDI untuk motor bensin berkapasitas kecil. Rangkaian ini telah di coba di lab pribadi dan sampai hari ini masih diujicoba tanpa menemukan kendala berarti. Modul CDI yang akan kita buat, penulis adopsi dari situs siliconchip yang dibuat oleh John Clarke.

Sebelum panjang lebar membahas tentang Modul CDI ini mungkin ada yang bertanya, berapa harga yang dihabiskan untuk membuat Modul CDI ini? Jangan kaget, dengan kualitas rangkaian dan komponen yang hampir sama dengan versi original, kita hanya mengeluarkan dana sebesar kurang dari Rp. 50.000,-, bandingkan dengan Modul CDI original pabrikan yang dibandrol hampir Rp. 500.000,-. Perbedaan harga inilah yang kadang kita pertanyakan dan membuat kita terheran-heran, bahkan logika kita saja kadang tidak bisa membenarkan harga yang dibanderol untuk Modul CDI pabrikan.
CDI merupakan perbaikan besar dalam sistem pengapian magnet. Modul CDI selain mampu memberikan kualitas percikan yang stabil juga mampu menjaga titik poin yang tepat, tahan lama, bebas perawatan, tidak diperlukan penggantian periodik, dan bebas penyetelan.
Salah satu kelemahan CDI adalah bahwa Modul CDI ini tidak bisa bertahan selama-lamanya, mungkin saja gagal bekerja ditengah perjalanan. Kegagalan fungsi mungkin saja berasal kumparan pembangkit (generator coil), koil pengapian (ignition coil), atau mungkin saja dari modul CDI itu sendiri. Dan jika itu terjadi berarti kita harus mempersiapkan dana penggantian yang tidaklah murah.
Modul CDI yang akan dijelaskan dapat digunakan sebagai unit pengganti modul CDI asli pabrikan yang sudah tidak mampu bekerja dengan baik. Modul CDI ini berpadu selaras dengan generator AC yang kemudian memicu koil untuk memberikan tegangan tinggi dan akhirnya memercikan bunga api melalui busi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah terkompresi pada ruang bakar. Sebagian besar sistem pengapian CDI bekerja dengan cara kerja yang sama namun mungkin saja terdapat variasi dalam desainnya. Pada beberapa modul CDI yang tersedia dipasaran ada yang menggunakan metode polaritas terbalik dalam membangkitkan tegangan, dan dalam kasus ini modul CDI yang akan kita buat tidaklah cocok.
Saya sebagai penulis artikel ini tidak bisa menjamin bahwa modul CDI ini mampu bekerja pada semua jenis mesin. Namun, karena modul CDI ini menggunakan komponen murah dan tersedia banyak dipasaran, mungkin anda patut untuk mencobanya dari pada harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk menebus modul CDI original.

Bagaimana Modul CDI ini Bekerja?
Gambar 1 menunjukan hubungan pengkabelan yang umum pada sistem pengapian CDI. Generator (Dinamo) menghasilkan tegangan tinggi untuk mengisi kapasitor didalam modul CDI, sedangkan kumparan pemicu (Trigger Coil) memberikan sinyal untuk membuang muatan tegangan tinggi yang sudah tertampung pada kapasitor menuju ke koil pengapian (Ignition Coil). Sebuah saklar (Kill Switch) digunakan untuk menghentikan pasokan tegangan tinggi dari generator agar sistem pengapian berhenti bekerja. Saklar ini bekerja dengan membuang tegangan tinggi dari generator menuju ke masa.
Gambar 1 Skema Dasar Modul CDI
Gambar 2 menunjukan cara kerja modul CDI. Sistem pengapian CDI terdiri dari komponen utama sebagai berikut; Ignition Coil, sebuah Kapasitor (C1), dan sebuah Silicon Controlled Rectifier (SCR). SCR digunakan sebagai saklar utama. Ia memiliki impedansi tinggi sampai akhirnya tegangan kecil dari Trigger Coil (biasa disebut pulser) memicu gate (gerbang) dan katoda (Cathode). Tegangan dari Trigger Coil memicu gate dan mengaktifkan SCR sehingga tegangan mengalir dari anoda menuju ke katoda. SCR adalah layaknya diode yang bersifat semiconductor. Setelah dipicu, maka SCR kembali nonaktif hingga arus yang mengalir jatuh hingga mendekati nol.
Gambar 2 Skema Sederhana Modul CDI
Pada mulanya, SCR tidak aktif dan kapasitor C1 kosong. Tegangan positif dari generator kemudian mengisi C1 melalui D1 dan lilitan primer koil (Primary Winding). Aliran arus digambarkan dengan garis putus warna merah (Charge Current Ic)
Ketika SCR dipicu oleh Trigger Coil (pulser) sehingga ON, arus mengalir kembali melalui lilitan primer (Primary Winding). Aliran arus digambarkan dengan garis hijau putus-putus (Discharge Current ID). Saat terjadi pengosongan cepat (Fast Discharge) pada kapasitor (C1), ini mengakibatkan lilitan sekunder terinduksi sehingga tegangan tinggi pun terjadi pada ignition coil, tegangan tinggi mengalir menuju ke busi (Spark Plug) dan terjadilah percikan bunga api.
Setelah busi berhenti memercik, arus balik yang terjadi dimanfaatkan untuk mengisi ulang kapasitor C1 melalui dioda D2. Biasanya, generator mampu membangkitkan arus sekitar 1A untuk pengisian kapasitor dengan tegangan sekitar 350V. Jika C1 sebesar 1mF, maka dibutuhkan waktu pengiasan sekitar 350 milidetik - lebih cepat dibanding waktu yang diperlukan untuk percikan bunga api, bahkan pada mesin dengan kecepatan tinggi sekalipun.

Tidak Ada Percepatan RPM
Hal ini harus diperhatikan bahwa Modul CDI ini tidak disertai percepatan RPM, dan ini berarti pula bahwa Trigger Coil (pulser) memberikan waktu picu yang relatif tetap, ini adalah hal umum pada mesin bensin berkapasitas kecil. Beberapa mesin yang menggunakan sistem percepatan RPM menggunakan trigger coil dan bentuk desain inti medan magnet khusus. Hal ini dengan tujuan untuk memberikan waktu percikan yang sesuai dengan tingkat percepatan RPM mesin. Peningkatan percepatan RPM bisa dicapai oleh modul CDI dengan mendesain inti Trigger Coil berbentuk tangga (berjenjang) sehingga menciptakan celah (gap). Celah yang lebih lebar merupakan waktu picu awal (leading) dan yang memiliki celah sempit merupakan waktu picu lanjutan (trailing). (Lihat Gambar 3)
Gambar 3 Pulser Gap
Pada saat kecepatan rendah pengelolaan tegangan coil yang diperlukan di picu dari sisi trailing (celah sempit) pada medan magnet dan kemudian bertahap sesuai dengan percepatan mesin, sisi leading (celah lebar) akan mampu memicu induksi tegangan lebih cepat untuk menaikan waktu percikan. (Lihat Gambar 4)
Gambar 4 Grafik Celah Pulser
Pada modul CDI versi lainnya menggunakan sistem pengajuan elektronik namun ini membutuhkan daya tambahan untuk sirkuit. Rangkaian jenis ini biasanya hanya digunakan pada Modul CDI bersumber tegangan baterei (DC).

Rincin Sirkuit
Susunan rangkaian yang paling sederhana untuk modul CDI diperlihatkan pada Gambar 5. Tegangan dan lilitan pembangkit (Generator) mengisi kapasitor C1 (dan C2) melalui dioda D1 dan mengalir menuju lilitan primer. Sedangkan D2 seperti dijelaskan diatas digunakan untuk mengalirkan arus balik dari ignition coil setelah kapasitor kosong.
Gambar 5 Skema Rangkain Modul CDI Lengkap

Dua resistor 1mw dirangkai seri pada kedua kaki kapasitor (C1) yang digunakan untuk mengosongkan kapasitor jika SCR tidak nonaktif. Ini digunakan sebagai fitur keamanan yang mencegah kejutan listrik ketika anda menghubungkan kapasitor. Dibutuhkan sekitar 2 detik untuk pengosongan total kapasitar pada kapasitor hingga mencapai nilai aman.
Telah disediakan tempat penyimpanan 2 kapasitor (discharge) pada PCB yang bisa anda unduh pada link dibawah, yaitu untuk posisi C1 dan C2. Kita biasa menggunakan dua kapasitor 0.47mf atau dua kapasitor 1mf. Sebuah kapasitor dengan kapasitas tinggi akan menghasilkan energi percikan yang lebih baik dan lebih besar, asalkan lilitan pembangkit (generator) mampu mengisi kapasitor dengan maksimal dalam waktu yang diperlukan.
Pulser memberikan sinyal untuk memicu SCR. Ketika tegangan positif mengalir dari pulser, maka asupa tegangan akan memicu gate SCR melalui resistor 51 ohm dan dioda D3 (pada gambar rangkaian tertulis D5). D3 mencegah tegangan balik dari gate sedangkan resistor 51 ohm membatasi tegangan yang mengalir ke gerbang agar mengalirkan nilai tegangan aman. Sebuah resistor 1k ohm berfungsi untuk menghubungkan gate ke ground (masa) hal ini untuk mencegah pemicu palsu, sedangkan kapasitor 100nF digunakan sebagai filter noise dan transien yang dapat menyebabkan SCR terpicu pada waktu yang salah.
Sebuah saklar (kill switch) digunakan untuk mematikan generator dengan cara mengalirkan arus ke ground sehingga motor berhenti beroperasi.

Penyempurnaan Sirkuit
Rangkain serderhana pada Gambar 6 sebenarnya sudah mampu bekerja dengan baik, namun tambahan sirkuit mampu meningkatkan kinerja modul CD sehingga lebih konsisten. Rangkaian disempurnakan seperti pada Gambar 7.
Gambar 6 Skema Sederhana - Dasar
Gambar 7 Skema Lengkap
Dioda D4 ditambakan pada aliran tegangan utama dari Generator sehingga terhindar dari pengaruh tegangan negatif pada lilitan pembangkit hingga kurang dari 0,7 Volt. Tanpa D4, anoda dari dioda D1 dapat terganggu tegangan -350 Volt dari fluktuasi negatif generator. Jika fluktuasi terjadi berarti dioda D1 dapat menerima tegangan lebih dari 700 Volt apabila kapasitor hanya mampu menerima beban +350 Volt.
Jika D1 memiliki kemampuan 1000 Volt, D4 digunakan untuk sebagai pengendali tegangan diatas maksimum yang bisa saja terjadi, sehingga tegangan yang mengalir ke dioda D1 akan stabil pada kisaran 350 Volt, hal ini berarti mengurangi kemungkinan kerusakan pada dioda.
Pemicu pada rangkaian ini juga telah ditingkat melalui dua cara, yaitu:
Pertama, dengan ditambahkan sebuah kapasitor 10mF secara seri pada gate dari SCR. Kapasitor ini mencegah pemicu palsu karena ketidakseimbangan DC dari pulser yang mungkin saja kelebihan positif dari seharusnya karena sisa kemagnetan pada inti lilitan pembangkit. Resistor 1k ohm dipasang paralel pada kapasitor yang digunakan untuk mengosongkan muatan pada kapasitor yang bisa saja muatan sisa tersebut cukup tinggi hingga bisa memicu SCR. Dioda D5 mencegah kapasitor 10mF dari pengisian polaritas terbalik yang datang ketika pulser menghasilkan tegangan negatif.
Kedua, ditambahkan sebuah Negative Temperature Coefficient (NTC) pada gate SCR. Thermistor (nama lain NTC) ini mengurangi resistansi secara bertahap sesuai dengan peningkatan suhu, ini digunakan untuk mengimbangi penurunan kebutuahn picuan pada SCR (baik tegangan dan arus) pada suhu yang lebih tinggi. Secara efektif, thermistor NTC membagi tegangan dengan resistor 51 ohm. Pada suhu 25oC, thermistor adalah 500 ohm sehingga melemahkan sinyal dari kumaparan pemicu hingga 91%. Namun pada suhu 100oC, nilai resistansi thermistor NTC mencapai 35 ohm dan sinyal picu dibagi sebesar 41% dari nilai yang dihasilkan Pulser.
Pengelolan dalam tingkatan sinyal dilakukan untuk menyetel SCR dengan mengurangi tingkatan kebutuhan picu pada temperatur tinggi. Ketika terjadi kenaikan suhu, sinyal akan lemah sebagai konsekwensinya, maka SCR dan pulser bekerja pada tegangan yang sama dalam rentang temperatur yang lebih luas. Tanpa thermistor, SCR akan mengalami perubahan waktu (timing) akibat perubahan suhu.

Pengujian Generator
Terkadang generator tidak mampu bekerja dengan baik hal ini mungkin saja karena terjadi korsleting atau kabel terputus. Kita dapat menguji generator dengan mengukur resistansi pada ujung lilitan pembangkit, yaitu antara ujung output dan ground. Lilitan yang baik harus memiliki tahanan atau resistansi kurang dari 200 ohm. Pada dasarnya korsleting (hubungan singkat) memang sulit diperiksa kecuali kita menggunakan alat khusus pengujian korsleting. Atau kita bisa memeriksanya secara langsung menggunakan multimeter dengan cara menghubungkan multimeter pada output dan ground kemudian hidupkan mesin untuk mengetahu berapa besar tegangan yang dihasilkan. Pastikan bahwa tegangan yang dihasilkan tidak kurang dari 300 Volt AC. Hati-hati jika melakukan pengukuran saat mesin hidup, karena tegangan yang dihasilkan generator cukup untuk membuat kejutan (sengata) pada tubuh manusia.
Jika anda tidak ingin mengambil resiko yang terlalu besar, cukuplah putar mesin dengan cara di engkol atau di starter, dan pastikan bahwa tegangan yang dihasilkan generator dengan cara ini berkisar pada 50 Volt AC. Jika anda memiliki osiloskop, pastikan bahwa gelombang tegangan dapat diukur dengan pengesetan probe pada 10:1.
Perhatikan dengan baik mengenai polaritas tegangan. Kapasitor yang digunakan pada modul CDI ini menggunakan tegangan positif untuk mengisinya sebelum sinyal pemicu terjadi. Jika tegangan generator adalah negatif sebelum terjadi picuan, maka modul CDI ini tidak cocok untuk mesin tersebut. Untuk pemeriksaan polaritas ini kita bisa menggunakan multimeter yang di set untuk pemeriksaan DC Volt, ukur beda potensial tegangan pada kaki anoda SCR, tegangan pada kaki anoda SCR haruslah positif sebelum gate di picu, dan menjadi negatif ketika gate sudah dipicu.

Pengujian Trigger Coil (Pulser)
Pengujian pulser dapat dilakukan seperti halnya memeriksa generator (misal, pengukuran tegangan pada katoda D5 dengan ground kemudian putar mesin). Tegangan yang dihasilkan memang sangat kecil jika dibandingkan dengan generator. Mungkin dengan metode engkol atau start mesin, tegangan yang dihasilkan oleh pulser hanya berkisar di 1 Volt jika menggunakan multitester yang di set Volt AC. Pengujian sebenarnya haruslah dilakukan dengan modul CDI secara langsung dan perhatikan bahwa modul CDI bekerja baik ketika pulser memicu atau ketika pulser tidak memicu.
Selama bertahun-tahun sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) menjadi misteri dalam dunia elektronika otomotif, jika pun ada yang mampu membuatnya, itu hanya replika atau rangkaian yang mendekati. CDI selain misteri dalam rangkaian juga misteri dalam komponen, karena untuk beberapa jenis komponen yang ada dalam built-in CDI pabrikan tidak tersedia dipasaran. Mungkinkah nomor seri komponen diubah oleh pabrikan atau memang pabrikan memiliki blue-print sendiri mengenai komponen dengan nomor seri tertentu? Entahlah, yang jelas sampai hari ini pun masih banyak perusahaan otomotif yang menyembunyikan cetak biru dari komponen CDI. Terlepas dari kontroversi tentang CDI pabrikan, pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi tips dan trik cara membuat sendiri CDI untuk motor bensin berkapasitas kecil. Rangkaian ini telah di coba di lab pribadi dan sampai hari ini masih diujicoba tanpa menemukan kendala berarti. Modul CDI yang akan kita buat, penulis adopsi dari situs siliconchip yang dibuat oleh John Clarke.

Sebelum panjang lebar membahas tentang Modul CDI ini mungkin ada yang bertanya, berapa harga yang dihabiskan untuk membuat Modul CDI ini? Jangan kaget, dengan kualitas rangkaian dan komponen yang hampir sama dengan versi original, kita hanya mengeluarkan dana sebesar kurang dari Rp. 50.000,-, bandingkan dengan Modul CDI original pabrikan yang dibandrol hampir Rp. 500.000,-. Perbedaan harga inilah yang kadang kita pertanyakan dan membuat kita terheran-heran, bahkan logika kita saja kadang tidak bisa membenarkan harga yang dibanderol untuk Modul CDI pabrikan.
CDI merupakan perbaikan besar dalam sistem pengapian magnet. Modul CDI selain mampu memberikan kualitas percikan yang stabil juga mampu menjaga titik poin yang tepat, tahan lama, bebas perawatan, tidak diperlukan penggantian periodik, dan bebas penyetelan.
Salah satu kelemahan CDI adalah bahwa Modul CDI ini tidak bisa bertahan selama-lamanya, mungkin saja gagal bekerja ditengah perjalanan. Kegagalan fungsi mungkin saja berasal kumparan pembangkit (generator coil), koil pengapian (ignition coil), atau mungkin saja dari modul CDI itu sendiri. Dan jika itu terjadi berarti kita harus mempersiapkan dana penggantian yang tidaklah murah.
Modul CDI yang akan dijelaskan dapat digunakan sebagai unit pengganti modul CDI asli pabrikan yang sudah tidak mampu bekerja dengan baik. Modul CDI ini berpadu selaras dengan generator AC yang kemudian memicu koil untuk memberikan tegangan tinggi dan akhirnya memercikan bunga api melalui busi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah terkompresi pada ruang bakar. Sebagian besar sistem pengapian CDI bekerja dengan cara kerja yang sama namun mungkin saja terdapat variasi dalam desainnya. Pada beberapa modul CDI yang tersedia dipasaran ada yang menggunakan metode polaritas terbalik dalam membangkitkan tegangan, dan dalam kasus ini modul CDI yang akan kita buat tidaklah cocok.
Saya sebagai penulis artikel ini tidak bisa menjamin bahwa modul CDI ini mampu bekerja pada semua jenis mesin. Namun, karena modul CDI ini menggunakan komponen murah dan tersedia banyak dipasaran, mungkin anda patut untuk mencobanya dari pada harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk menebus modul CDI original.

Bagaimana Modul CDI ini Bekerja?
Gambar 1 menunjukan hubungan pengkabelan yang umum pada sistem pengapian CDI. Generator (Dinamo) menghasilkan tegangan tinggi untuk mengisi kapasitor didalam modul CDI, sedangkan kumparan pemicu (Trigger Coil) memberikan sinyal untuk membuang muatan tegangan tinggi yang sudah tertampung pada kapasitor menuju ke koil pengapian (Ignition Coil). Sebuah saklar (Kill Switch) digunakan untuk menghentikan pasokan tegangan tinggi dari generator agar sistem pengapian berhenti bekerja. Saklar ini bekerja dengan membuang tegangan tinggi dari generator menuju ke masa.
Gambar 1 Skema Dasar Modul CDI
Gambar 2 menunjukan cara kerja modul CDI. Sistem pengapian CDI terdiri dari komponen utama sebagai berikut; Ignition Coil, sebuah Kapasitor (C1), dan sebuah Silicon Controlled Rectifier (SCR). SCR digunakan sebagai saklar utama. Ia memiliki impedansi tinggi sampai akhirnya tegangan kecil dari Trigger Coil (biasa disebut pulser) memicu gate (gerbang) dan katoda (Cathode). Tegangan dari Trigger Coil memicu gate dan mengaktifkan SCR sehingga tegangan mengalir dari anoda menuju ke katoda. SCR adalah layaknya diode yang bersifat semiconductor. Setelah dipicu, maka SCR kembali nonaktif hingga arus yang mengalir jatuh hingga mendekati nol.
Gambar 2 Skema Sederhana Modul CDI
Pada mulanya, SCR tidak aktif dan kapasitor C1 kosong. Tegangan positif dari generator kemudian mengisi C1 melalui D1 dan lilitan primer koil (Primary Winding). Aliran arus digambarkan dengan garis putus warna merah (Charge Current Ic)
Ketika SCR dipicu oleh Trigger Coil (pulser) sehingga ON, arus mengalir kembali melalui lilitan primer (Primary Winding). Aliran arus digambarkan dengan garis hijau putus-putus (Discharge Current ID). Saat terjadi pengosongan cepat (Fast Discharge) pada kapasitor (C1), ini mengakibatkan lilitan sekunder terinduksi sehingga tegangan tinggi pun terjadi pada ignition coil, tegangan tinggi mengalir menuju ke busi (Spark Plug) dan terjadilah percikan bunga api.
Setelah busi berhenti memercik, arus balik yang terjadi dimanfaatkan untuk mengisi ulang kapasitor C1 melalui dioda D2. Biasanya, generator mampu membangkitkan arus sekitar 1A untuk pengisian kapasitor dengan tegangan sekitar 350V. Jika C1 sebesar 1mF, maka dibutuhkan waktu pengiasan sekitar 350 milidetik - lebih cepat dibanding waktu yang diperlukan untuk percikan bunga api, bahkan pada mesin dengan kecepatan tinggi sekalipun.

Tidak Ada Percepatan RPM
Hal ini harus diperhatikan bahwa Modul CDI ini tidak disertai percepatan RPM, dan ini berarti pula bahwa Trigger Coil (pulser) memberikan waktu picu yang relatif tetap, ini adalah hal umum pada mesin bensin berkapasitas kecil. Beberapa mesin yang menggunakan sistem percepatan RPM menggunakan trigger coil dan bentuk desain inti medan magnet khusus. Hal ini dengan tujuan untuk memberikan waktu percikan yang sesuai dengan tingkat percepatan RPM mesin. Peningkatan percepatan RPM bisa dicapai oleh modul CDI dengan mendesain inti Trigger Coil berbentuk tangga (berjenjang) sehingga menciptakan celah (gap). Celah yang lebih lebar merupakan waktu picu awal (leading) dan yang memiliki celah sempit merupakan waktu picu lanjutan (trailing). (Lihat Gambar 3)
Gambar 3 Pulser Gap
Pada saat kecepatan rendah pengelolaan tegangan coil yang diperlukan di picu dari sisi trailing (celah sempit) pada medan magnet dan kemudian bertahap sesuai dengan percepatan mesin, sisi leading (celah lebar) akan mampu memicu induksi tegangan lebih cepat untuk menaikan waktu percikan. (Lihat Gambar 4)
Gambar 4 Grafik Celah Pulser
Pada modul CDI versi lainnya menggunakan sistem pengajuan elektronik namun ini membutuhkan daya tambahan untuk sirkuit. Rangkaian jenis ini biasanya hanya digunakan pada Modul CDI bersumber tegangan baterei (DC).

Rincin Sirkuit
Susunan rangkaian yang paling sederhana untuk modul CDI diperlihatkan pada Gambar 5. Tegangan dan lilitan pembangkit (Generator) mengisi kapasitor C1 (dan C2) melalui dioda D1 dan mengalir menuju lilitan primer. Sedangkan D2 seperti dijelaskan diatas digunakan untuk mengalirkan arus balik dari ignition coil setelah kapasitor kosong.
Gambar 5 Skema Rangkain Modul CDI Lengkap

Dua resistor 1mw dirangkai seri pada kedua kaki kapasitor (C1) yang digunakan untuk mengosongkan kapasitor jika SCR tidak nonaktif. Ini digunakan sebagai fitur keamanan yang mencegah kejutan listrik ketika anda menghubungkan kapasitor. Dibutuhkan sekitar 2 detik untuk pengosongan total kapasitar pada kapasitor hingga mencapai nilai aman.
Telah disediakan tempat penyimpanan 2 kapasitor (discharge) pada PCB yang bisa anda unduh pada link dibawah, yaitu untuk posisi C1 dan C2. Kita biasa menggunakan dua kapasitor 0.47mf atau dua kapasitor 1mf. Sebuah kapasitor dengan kapasitas tinggi akan menghasilkan energi percikan yang lebih baik dan lebih besar, asalkan lilitan pembangkit (generator) mampu mengisi kapasitor dengan maksimal dalam waktu yang diperlukan.
Pulser memberikan sinyal untuk memicu SCR. Ketika tegangan positif mengalir dari pulser, maka asupa tegangan akan memicu gate SCR melalui resistor 51 ohm dan dioda D3 (pada gambar rangkaian tertulis D5). D3 mencegah tegangan balik dari gate sedangkan resistor 51 ohm membatasi tegangan yang mengalir ke gerbang agar mengalirkan nilai tegangan aman. Sebuah resistor 1k ohm berfungsi untuk menghubungkan gate ke ground (masa) hal ini untuk mencegah pemicu palsu, sedangkan kapasitor 100nF digunakan sebagai filter noise dan transien yang dapat menyebabkan SCR terpicu pada waktu yang salah.
Sebuah saklar (kill switch) digunakan untuk mematikan generator dengan cara mengalirkan arus ke ground sehingga motor berhenti beroperasi.

Penyempurnaan Sirkuit
Rangkain serderhana pada Gambar 6 sebenarnya sudah mampu bekerja dengan baik, namun tambahan sirkuit mampu meningkatkan kinerja modul CD sehingga lebih konsisten. Rangkaian disempurnakan seperti pada Gambar 7.
Gambar 6 Skema Sederhana - Dasar
Gambar 7 Skema Lengkap
Dioda D4 ditambakan pada aliran tegangan utama dari Generator sehingga terhindar dari pengaruh tegangan negatif pada lilitan pembangkit hingga kurang dari 0,7 Volt. Tanpa D4, anoda dari dioda D1 dapat terganggu tegangan -350 Volt dari fluktuasi negatif generator. Jika fluktuasi terjadi berarti dioda D1 dapat menerima tegangan lebih dari 700 Volt apabila kapasitor hanya mampu menerima beban +350 Volt.
Jika D1 memiliki kemampuan 1000 Volt, D4 digunakan untuk sebagai pengendali tegangan diatas maksimum yang bisa saja terjadi, sehingga tegangan yang mengalir ke dioda D1 akan stabil pada kisaran 350 Volt, hal ini berarti mengurangi kemungkinan kerusakan pada dioda.
Pemicu pada rangkaian ini juga telah ditingkat melalui dua cara, yaitu:
Pertama, dengan ditambahkan sebuah kapasitor 10mF secara seri pada gate dari SCR. Kapasitor ini mencegah pemicu palsu karena ketidakseimbangan DC dari pulser yang mungkin saja kelebihan positif dari seharusnya karena sisa kemagnetan pada inti lilitan pembangkit. Resistor 1k ohm dipasang paralel pada kapasitor yang digunakan untuk mengosongkan muatan pada kapasitor yang bisa saja muatan sisa tersebut cukup tinggi hingga bisa memicu SCR. Dioda D5 mencegah kapasitor 10mF dari pengisian polaritas terbalik yang datang ketika pulser menghasilkan tegangan negatif.
Kedua, ditambahkan sebuah Negative Temperature Coefficient (NTC) pada gate SCR. Thermistor (nama lain NTC) ini mengurangi resistansi secara bertahap sesuai dengan peningkatan suhu, ini digunakan untuk mengimbangi penurunan kebutuahn picuan pada SCR (baik tegangan dan arus) pada suhu yang lebih tinggi. Secara efektif, thermistor NTC membagi tegangan dengan resistor 51 ohm. Pada suhu 25oC, thermistor adalah 500 ohm sehingga melemahkan sinyal dari kumaparan pemicu hingga 91%. Namun pada suhu 100oC, nilai resistansi thermistor NTC mencapai 35 ohm dan sinyal picu dibagi sebesar 41% dari nilai yang dihasilkan Pulser.
Pengelolan dalam tingkatan sinyal dilakukan untuk menyetel SCR dengan mengurangi tingkatan kebutuhan picu pada temperatur tinggi. Ketika terjadi kenaikan suhu, sinyal akan lemah sebagai konsekwensinya, maka SCR dan pulser bekerja pada tegangan yang sama dalam rentang temperatur yang lebih luas. Tanpa thermistor, SCR akan mengalami perubahan waktu (timing) akibat perubahan suhu.

Pengujian Generator
Terkadang generator tidak mampu bekerja dengan baik hal ini mungkin saja karena terjadi korsleting atau kabel terputus. Kita dapat menguji generator dengan mengukur resistansi pada ujung lilitan pembangkit, yaitu antara ujung output dan ground. Lilitan yang baik harus memiliki tahanan atau resistansi kurang dari 200 ohm. Pada dasarnya korsleting (hubungan singkat) memang sulit diperiksa kecuali kita menggunakan alat khusus pengujian korsleting. Atau kita bisa memeriksanya secara langsung menggunakan multimeter dengan cara menghubungkan multimeter pada output dan ground kemudian hidupkan mesin untuk mengetahu berapa besar tegangan yang dihasilkan. Pastikan bahwa tegangan yang dihasilkan tidak kurang dari 300 Volt AC. Hati-hati jika melakukan pengukuran saat mesin hidup, karena tegangan yang dihasilkan generator cukup untuk membuat kejutan (sengata) pada tubuh manusia.
Jika anda tidak ingin mengambil resiko yang terlalu besar, cukuplah putar mesin dengan cara di engkol atau di starter, dan pastikan bahwa tegangan yang dihasilkan generator dengan cara ini berkisar pada 50 Volt AC. Jika anda memiliki osiloskop, pastikan bahwa gelombang tegangan dapat diukur dengan pengesetan probe pada 10:1.
Perhatikan dengan baik mengenai polaritas tegangan. Kapasitor yang digunakan pada modul CDI ini menggunakan tegangan positif untuk mengisinya sebelum sinyal pemicu terjadi. Jika tegangan generator adalah negatif sebelum terjadi picuan, maka modul CDI ini tidak cocok untuk mesin tersebut. Untuk pemeriksaan polaritas ini kita bisa menggunakan multimeter yang di set untuk pemeriksaan DC Volt, ukur beda potensial tegangan pada kaki anoda SCR, tegangan pada kaki anoda SCR haruslah positif sebelum gate di picu, dan menjadi negatif ketika gate sudah dipicu.

Pengujian Trigger Coil (Pulser)
Pengujian pulser dapat dilakukan seperti halnya memeriksa generator (misal, pengukuran tegangan pada katoda D5 dengan ground kemudian putar mesin). Tegangan yang dihasilkan memang sangat kecil jika dibandingkan dengan generator. Mungkin dengan metode engkol atau start mesin, tegangan yang dihasilkan oleh pulser hanya berkisar di 1 Volt jika menggunakan multitester yang di set Volt AC. Pengujian sebenarnya haruslah dilakukan dengan modul CDI secara langsung dan perhatikan bahwa modul CDI bekerja baik ketika pulser memicu atau ketika pulser tidak memicu.

Kamis, 24 Mei 2012

Cinta :     Cerita SMA



Akankah gelak tawa itu hadir kembali di waktu yang bebeda?
Gelak yang berbaur dengan perbedaan dan tangisan
Mengisahkan sebuah rangkaian cerita manis yang enggan terhapus masa

Dentingan detik berputar begitu cepat
Mengalahkan pusaran angin tornado, merombak waktu
Apakah kebersamaan itu akan ikut terputar angin?

Seiring derap langkah yang kita atur bagai barisan
Mengalunkan nada-nada klasik menghantar ketenangan
Menyatukan sesuatu yang berbeda menjadi nyata
Mengkolaborasikan suka maupun duka
Menyajikan cinta dan kasih di sekolah
Kecewa Karena Cinta : SANGKAR KECEWAKU


Sejenak ku terpaku
Masih terbayang jelas lukaku
Minggu lalu!
Sesak batin ini menahannya
Terhimpit duka, lara, dan nestapa
Tak sempat terfikir sebelumnya
Kau kan beranjak…menjauh…
Tinggalkan ku begitu saja!
Tahukah apa yang ku rasa saat itu?
Kecewa!
Hancur!
Sakit!
Luka!
Sadarkah dengan apa yang t’lah kau lakukan?
Begitu dalam luka yang kau goreskan
Hingga terlalu pedih sakit yang ku rasakan…
Yah!
Luka yang membahana hingga kini masih ada
Disini…dalam dada…
Ku akui, muak aku melihatmu!
Ingin rasanya ku membencimu
Tapi apa daya? Aku tak kuasa!
Rasa sayang yang ku miliki
T’lah mengakar kuat padamu
Terlanjur…dan terlalu dalam ku tanamkannya
Sulit, bila harus dicabut kembali…
Goresan luka yang kau torehkan
T’lah menjadi serpihaserpihan
Yang seakan menggambarkan
Betapa hancurnya diriku oleh sikapmu…
Kau rubah senum yang tersungging di bibir
Menjadi air mata yang deras mengalir di pipiku
Pupus sudah semua angan dan impian
Hilang harapan, tinggallah kenangan
Kini, kau jauh diatas jangkauan tanganku
Akankah ku bisa meraihmu kembali?
Atau mungkinkah hanya aku wanita khilaf
Yang terlalu setia tuk sebuah cinta semu?
Tanyaku…
Haruskah ku tahan dan batasi rasa sayang ini?
Bilakah jika kau perbaiki kisi-kisi luka
Yang pernah kau torehkan?
Mungkinkah lika ini kan cepat sirna
Mengingat betapa pahit dan pedihnya
Romantika hidup yang ku jalani?
Pada akhirnya…
Ku hanya bisa mengenangmu
Dalam “Sangkar Kecewaku”
Ya Tuhan,
Kuatkanlah hatiku…
"Engkau yang merindukan belahan jiwa,
resapilah ini, bahwa …

Tuhan menyandingkan jiwa-jiwa di dunia
dalam tingkat kebaikan yang setara,
dan dalam jenjang yang naik.

Bukan kekayaan harta yang meninggikan,
tapi ketaatan kepada yang ditetapkanNya.

Bukan kemiskinan yang merendahkan,
tapi hati yang menistai kebaikannya sendiri.

Sesungguhnya,
hanya engkau yang mengindahkan hati dan dirimu,
yang akan sesuai dengan belahan jiwa
yang indah cinta dan kesetiaannya kepadamu.

Maka bisikkanlah,

Wahai Yang Maha Cinta,
sandingkanlah aku dengan jiwa pilihanMu.

Aamiin

———————-

Mario Teguh - Loving you all as always

Minggu, 20 Mei 2012

Ketika Derita Mengabadikan Cinta

Penulis : Habiburrahman El Shirazy
(Sumber: http://lenijuwita.wordpress.com)



“Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri. Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Direktur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan. …”

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo.

Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu…

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu’ala Rasulillah, amma ba’du. Sebelumnya saya mohon ma’af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita…

Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.
Tiga puluh tahun yang lalu …
Selengkapnya silahkan dibaca di: http://lenijuwita.wordpress.com/2006/11/12/ketika-derita-mengabadikan-cinta/

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Penulis : Inayati


Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. 

Persoalan saat itu memang lumayan pelik.
Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yanHeran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aag sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

agai hal menyenangkan.Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berb Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.


Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.
Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *
For vieny, welcome to your husband’s heart.
*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.

Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/XIII/2002

Selasa, 13 Maret 2012

Kalau Jodoh Tak Ke Mana

 


Hari ini genaplah usiaku 24 tahun iaitu pada 30hb November 2003.
Tapi hatiku rasa tidak keruan, puasku berfikir kenapa agaknya. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya aku tidak pernah berperasaan begini. Lagi membuatkan aku rasa kecewa ialah pada saat-saat hari gembiraku ini orang yang paling kusayangi sudah melupai tarikh ulangtahunku.
Puas sudah kumenunggu panggilan darinya. hingga membuatkan aku tertanya-tanya kenapa dia tidak mahu menelefonku. Aku bukannya mengharapkan apa -apa cuma sekadar ucapan darinya. Itupun sudah cukup memadai bagiku. Memang aku akui aku dan dia memang jarang bertemu kerana aku di K.L manakala dia pula di Pantai timur. Jarak antara K.L dan Kelantan membataskan pertemuan kami tetapi itu tidak menghalang percintaan kami. Malah ikatan kasih sayang itu semakin bertambah dan sentiasa dibajai dengan perasan dimiliki dan ingin dimiliki.

Sedang aku termanggu sendirian, tiba – tiba aku dikejutkan dengan deringan telefon. Alangkah gembiranya hatiku apabila mendengar suaranya ditelefon.  Kurasakan penantianku berhasil. Jika dia berada didepanku ingin aku mendakapnya sebagai tanda terima kasihku. Tetapi suara hatiku berkata kenapa baru sekarang dia hendak menelefonku.Argh… persetankanlah dengan semua ini. Asalkan dia sudah menelefon itu sudah mencukupi. Tetapi segala apa yang kuangankan umpama kaca terhempas ke batu.  Bukan ucapan ‘selamat hari lahir’ yang terungkap di bibir mungilnya tetapi dia hanya menyatakan bahawa dia tidak dapat meneruskan perhubungan kami lagi. Dan dia mendoakan agar aku tabah menghadapi hari-hari yang mendatang. Ya Allah ujian apakah ni. Begitu mudah sekali dia memutuskannya. Tidakkah dia tahu yang aku benar-benar menyintainya. Hampir 4 tahun usia percintaan yang kami bina dan dia dengan mudah sekali melafazkan kata perpisahan. Sedangkan selama ini dia tahu aku bertungkus lumus berusaha mengumpulkan uwang.
 Ini semata-mata kulakukan untuk menyuntingnya suatu hari nanti.
Puasku memujuknya agar memberitahuku apakah kesalahan yang telah kulakukan sampaikan dia sanggup berbuat demikian. Akhirnya dengan rasa sebak dan terharu dia menyatakan bahawa dia terpaksa mengikut kehendak kedua orang tua dan keluarganya. Dimana dia akan dijodohkan dengan ahli saudara terdekatnya.
Bagaikan gelap kurasakan duniaku ini. Tambah pilu hati ini lagi apabila aku mendengar suaranya yang tidak henti-henti menangis . Kalau diikutkan hati mahu sahaja aku ke Kelantan untuk menemuinya. Tetapi apakan dayaku.

Aku benar-benar bingung ketika itu dan tidak tahu kepada siapakah untuk aku meluahkan perasaan yang berserabut ini. Ingin sahaja aku curahkan segala rasa hatiku kepada kedua ibubapaku, tetapi aku tidak sampai hati kerana selama ini mereka berharap agar aku dan dia akan bersatu. Di saat-saat ini barulah aku terfikir alangkah baiknya sekiranya aku mempunyai seorang kakak. Bolehlah aku meminta pandangannya. Hanya insan yang bernama wanita jualah yang lebih mudah memahami soal hati dan yang melibatkan perasaan kerana jiwa wanita ini amat halus dan penuh perasaan sentimental.

Hari-hari yang kulalui terasa kosong, hambar dan hilang serinya. Begitu jualah yang jelas kelihatan pada raut wajahku. Selama ini aku memang diketegorikan sebagai seorang yang terkenal dengan sikap periang. Tetapi semenjak kebelakangan ini aku mula bertukar watak malah sering bermurung. Bagiku sudah tidak ada makna lagi. Semenjak peristiwa itu aku telah berazam tidak mahu melibatkan diri lagi dalam soal percintaan. Hatiku telah tertutup rapat untuk mana-mana wanita. Aku sendiri pun tidak pasti sampai bilakah ianya akan terubat. Aku juga tidak mahu orang lain menyedari akan perubahan yang berlaku ke atas diriku. Segala susah payah biarlah ku sendiri yang menanggungnya. Bak kata pujanga “Berat mata memandang berat lagi bahuku yang memikulnya.

Ku ingatkan aku boleh bertahan tapi rupanya aku masih belum kuat lagi untuk menerima ini semua. Ku buangkan segala perasaan maluku, pernah ku menangis di hadapan 2 0rang sahabatku. Mereka jua pernah mengatakan yang mereka tidak sampai hati melihat keaadan aku dan takut ianya akan menjejaskan kerjayaku. Malah mereka berdualah yang banyak memberi ku perangsang dan semangat untuk aku terus bangun dari diselimuti oleh perasaan gundah gulana sepanjang masa. Terima kasih kalian berdua “kak jujie dan Kak shiba”.
Berkat sokongan dan dorongan dari mereka aku telah membulat tekad bahawa aku akan cuba sedaya upayaku untuk memilikinya. Bak kata pepatah “alang-alang menyeluk pekasam biar sampai ke pangkal lengan”. Berbekalkan semangat inilah aku meminta kedua ibu bapaku masuk meminang si dia. Walaupun aku sedia maklum bahawa sidia bakal dijodohkan dengan orang lain. Tetapi kurasakan yang aku masih lagi mempunyai peluang. Sedangkan orang yang sudah berkahwin pun boleh bercerai. Inikan pula si dia yang baru hendak dijodohkan dengan orang lain. Bak kata orang ” the best man win”.

Pada mulanya kedua ibu bapaku enggan menurut kehendakku tetapi disebabkan aku beria-ia akhirnya mereka mengalah. Terima kasih buat emak dan ayah. Setelah mencapai kata putus. Ibu bapaku berbincang dengan kedua ibu bapa si dia mengenai hasrat hatiku. Walaupun hanya berbicara melalui telefon, akhirnya mereka bersetuju untuk menerima aku sebagai sebahagian daripada keluarganya.

Akhirnya, setelah pelbagai dugaan telah kuharungi. Aku dan keluargaku berangkat ke Kelantan menghantar rombongan meminang. Ku panjatkan syukur ke hadrat Ilahi, pada tanggal 17/3/2004 cincin pertunanganku telah selamat disarungkan dijari manisnya. Bahagianya kurasakan disaat itu. Aku berjanji dengan orang tuanya bahawa aku akan menjaga anaknya dengan baik serta akan menjadi seorang suami dan ayah yang baik kepada cucu-cucunya kelak. Insyaalah.

Aku bersyukur pada yang Esa kerana telah memakbulkan doaku selama ini. aku juga berharap agar perhubungan ini akan terus berkekalan hingga ke akhir hayat. Walau sebesar mana pun gelombang yang melanda aku berjanji akan cuba untuk menempuhinya. Aku akan pastikan orang yang aku sayangi akan sentiasa berada disisi.
Kepada pembaca, jadikanlah kisahku ini sebagai satu ikhtibar. Sekiranya kita sayangkan seseorang cepatlah bertindak. Jangan tunggu sampai sesuatu perkara yang tidak diingini berlaku, barulah kita akan menyesal.

Nukilan : Insan Sepi